Kamis, 31 Januari 2013

Lempeng Tektonik

Tektonik Lempeng

Penyebab gempa bumi yang paling sering adalah karena pergeseran lempengan bumi (tektonik).Gempa tektonik terjadi karena gerakan dari berbagai lempengan bumi baik besar maupun kecil yang membentuk kerak bumi.Lapisan kerak bumi yang keras menjadi genting (lunak) dan akhirnya bergerak.

Teori dari tektonik lempeng (plate tectonic) menjelaskan, permukaan bumi ini terbagi atas kira-kira 20 pecahan besar yang disebut lempeng. Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan lempeng kira-kira hampir sama dengan litosfer yang merupakan kulit terluar bumi yang padat. Litosfer terdiri atas kerak dan selubung atas.Lempengnya kaku dan lempeng-lempeng itu mengapung dan bergerak di atas astenosfer yang lebih cair.

Gerakan lempeng-lempeng tektonik diduga disebabkan oleh adanya arus konveksi di dalam lapisan mantel bumi.Arus konveksi yang diduga terbentuk akibat adanya pemanasan yang bersumber dari inti bumi tersebut, pada tempat-tempat tertentu naik ke permukaan, kemudian menyebar horisontal meninggalkan tempat naiknya. Di tempat lain arus itu masuk ke dalam mantel lagi. Arus itulah yang menghanyutkan lempeng-lempeng yang mengapung di atasnya.Maka, lempeng-lempeng selalu bergerak kadang-kadang gerakannya saling menjauhi (divergent), saling berbenturan (convergent), dan saling bergesekan.

Daerah tempat lempeng-lempeng itu saling bertemu disebut batas lempeng (plate boundary) yang dapat dilihat pada gambar 1.Ada tiga macam batas lempeng, yaitu pertama, batas lempeng divergen yang disebut juga pusat pemekaran (spreading centre).

Pada jalur ini arus konveksi naik ke permukaan kemudian menyebar ke samping, maka kerak bumi terbelah kemudian terseret ke samping meninggalkan pusat pemekarannya.Arus ke atas ini membawa serta bahan-bahan dari mantel bumi yang kemudian membeku sesampai di permukaan membentuk Igir Tengah Samudera (middle oceanic ridge).Kerak yang baru terbentuk itu adalah kerak samudera.Dengan demikian, berarti kerak samudera selalu bertambah pada pusat pemekaran

Kedua, batas lempeng konvergen yang disebut juga zona penunjaman atau subduksi (subduction zone).Pada zone ini arus konveksi masuk kembali ke dalam mantel.Maka, lempeng-lempeng yang hanyut di antaranya saling mendekat dan berbenturan (convergent).Lempeng samudera yang densitasnya lebih besar mengalami penunjaman (menukik masuk ke dalam mantel bumi), kemudian lebur ditelan oleh cairan mantel bumi.

Endapan laut asal darat yang menempel di atasnya dibawa masuk ke dalam bumi.Namun, sebelum sampai ke dalam bumi, lapisan endapan laut yang bersifat granitis itu telah mengalami peleburan (melting) menjadi magma granitis.Magma cair itu kemudian menyusup ke dalam lempeng benua yang berada di atasnya menjadi batuan intrusif atau plutonik. Bila tekannya cukup besar, magma yang terbentuk itu dapat mencapai permukaan bumi sebagai gunung api.

Lempeng benua karena berat jenisnya lebih rendah daripada lempeng  samudera, maka tak pernah mengalami subduksi melainkan akan naik di atas lempeng samudera sambil terlipat, tersesar. Dan, tertelankan membentuk pegunungan-pegunungan di permukaan bumi dengan batuan plutonik-granitik sebagai intinya. Bila yang muncul adalah gejala vulkanisme, maka terbentuklah sederetan gunung-gunung api seperti di Indonesia.

Pada jalur benturannya ditandai dengan terbentuknya palung laut dalam, semakin ke arah benua dijumpai berturut-turut igir bawah laut (submarine ridge) nonvulkanis yang berupa rangkaian pulau-pulau kemudian daerah cekungan belakang yang relatif sudah stabil.

Daerah cekungan belakang ini pada umumnya merupakan zona deposit hidrokarbon yang sangat potensial, seperti di laut Jawa. Contoh zona subduksi yang sangat besar di Indonesia adalah subduksi lempeng samudera Hindia-Australia yang menukik di bawah lempeng benua Eurasia membentuk palung laut selatan P Jawa, rangkaian busur nonvulkanik di pulau-pulau sebelah barat Sumatera, rantai gunung berapi memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, kemudian berbelok ke utara menuju Pulau Maluku, dan berlanjut ke Pulau Sulawesi. Penunjaman ini pula yang menyebabkan gempa sering terjadi di Indonesia.

Bila yang berkonvergensi dua lempeng benua, maka tidak terjadi subduksi, sebab keduanya akan terangkat ke atas dan saling bertautan (bersenyawa) bagaikan jahitan pada bekas luka operasi medis membentuk pegunungan tinggi, seperti pegunungan Himalaya. Dalam peristiwa ini tak timbul gejala vulkanik, karena tidak ada melting di dalam kerak bumi.Namun, benturan yang amat dahsyat itu mengakibatkan kerak bumi di sekitarnya retak-retak dan menjadi daerah yang sangat rawan gempa.

Ketiga, batas lempeng transform (transform bourding) atau patahan transform disebut juga batas lempeng pasif, karena di sini tidak terjadi konvergensi maupun divergensi.Sebuah lempeng terbelah kemudian saling bergesekan dengan arah yang berlawanan. Disebut patahan transform, karena suatu igir tiba-tiba berpasangan dengan lembah atau daratan. Tidak banyak gejala yang ditimbulkan pada batas lempeng transform ini kecuali sebagai pusat gempa.

Arus konveksi di dalam mantel bumi berjalan terus sepanjang masa.Kecepatan arus konveksi tak selalu ajeg.Suatu saat arus itu menyentak dengan kecepatan yang tinggi.Dalam kecepatannya yang wajar sehari-hari, gerakan lempeng sebagai akibat arus konveksi tak dikirakan manusia, tetapi bila kecepatan mendadak dengan kuat terhadap lempeng benua, maka bergeraklah kerak bumi di sekitarnya.

Peristiwa subduksi lempeng samudera berakibat banyak sekali, seperti pengangkatan, pelipatan, dan penyesaran kerak benua di atas zona subduksi.Pada peralihan antara kerak benua dan kerak samudera terjadi peleburan, penyusupan, penerobosan magma di permukaan bumi. Zona subduksi ini juga menjadi pusat gempa di samping pusat-pusat gempa yang terjadi pada kedua batas lempeng yang lain. Zona pusat gempa disebut juga zona Benioff.Zona Benioff di sebelah selatan P Jawa oleh JA Katili dinamai Benioff-Wadati.

Di samping akibat yang membahayakan, tektonik lempeng merupakan tenaga alam yang menghasilkan jebakan mineral. Menurut JA Katili, di Indonesia endapan yang berasosiasi dengan subduksi ini menduduki tempat yang penting. Busur kepulauan Indonesia adalah hasil interaksi dari benturan 3 blok kerak bumi atau lempeng raksasa, yaitu Hindia-Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia. Sebagai contoh, endapan kromit dan nikel di Indonesia Timur berasosiasi dengan zona benturan Papua dan Sulawesi.

Endapan mineral yang berasosiasi dengan busur magmatik-vulkanik di Indonesia digolongkan dalam tipe endapan pirosomatik dan hidrotermal, termasuk di dalamnya endapan tembaga, perak, timah,  molibdenum, wolfram, antimon, emas, merkuri, mangan, dan kromium. Sedangkan, minyak bumi, gas alam, dan batubara ditemukan dalam cekungan busur belakang yang terletak di belakang busur vulkanik
Geologi Era
Karakteristik Hidup
Kenozoikum ('kehidupan akhir ")
Mamalia
Mesozoikum ("kehidupan tengah")
Reptil, dinosaurus
Paleozoikum ("awal kehidupan")
Invertebrata Kehidupan laut (kerang, dll), amfibi, tanaman darat pertama
Prakambrium
(Waktu sebelum Kambrium, periode geologi pertama dengan bercangkang keras fosil)
Tidak bercangkang keras fosil

Bukti pertama yang diajukan oleh Wegener adalah adanya kesamaan garis pantai antara Benua Amerika Selatan dengan Benua Afrika. Apabila kedua benua tersebut disatukan, maka garis pantainya akan serasi satu sama lain. Kemudian ia juga mengajukan bukti dokumentasi fosil Mesosaurus yang sejenis dan hanya ditemukan di kedua sisi benua tersebut. Diyakini bahwa Mesosaurus ini ketika hidupnya tidak akan dapat melintasi samudera yang luas di antara kedua benua ini. Sisa-sisa organisme yang ditemukan tampaknya menjadi bukti menyatunya dua benua ini selama Masa Paleozoikum dan Awal Mesozoikum.
Bukti selanjutnya, jajaran pegunungan yang terpotong oleh samudera.Gambar di bawah menunjukkan jajaran pegunungan pada kedua sisi Samudera Atlantik.Pegunungan Appalachia yang terpotong oleh pantai Newfoundland serupa dengan jajaran pegunungan di Kepulauan Inggris dan Scandinavia dalam hal struktur dan juga umurnya.
Bukti terakhir yang diajukan oleh Wegener, untuk mendukung hipotesisnya, adalah iklim masa lampau (ancient climates).Ketika benua-benua disusun menjadi satu untuk membentuk Pangaea, sisa dari material glasial menyatu membentuk pola seperti hamparan es yang menutupi kutub bumi kita hari ini.

sumber :
www.dunia-riska.blogspot.com

1 komentar: